Laguku

Kamis, 17 April 2014

Falconry

     Falconry  (Training and technique)
Melatih raptor (Birds of prey) merupakan sesuatu yang sangat rumit.Buku panduan yang berisi ratusan halaman dan petunjuk dari falconer yang berpengalaman masih merupakan salah satu acuan terbaik untuk mendalami seni falconry.Banyak variasi dan detail dari tiap raptor,species raptor,serta karakteristik masing – masing raptor.Dalam kenyataannya,banyak raptor yang di rawat dan di latih oleh falconer muda yang belum berpengalaman.Falconer muda yang merasa buku pedoman yang ia miliki sudah lebih dari cukup untuk memulai falconry.Nyatanya,pengalaman langsung para falconer berpengalamanlah yang lebih diutamakan untuk dijadikan acuan dalam menghandle raptor.bimbingan dari para falconer berpengalaman adalah hal yang wajib dilakukan bagi para falconer pemula dalam menekuni falconry.Butuh waktu minimal 2 tahun atau lebih untuk seorang pemula sampai ia benar – benar siap untuk berburu bersama partner mereka di bawah pengawasan seorang profesional falconer.
 
    1.Equipment
 Peralatan yang wajib dimiliki untuk partner dan falconer :
 1.Hood
  
Dutch hood
Falcon equipped with hood
        
Hood digunakan dalam proses Manning (adaptasi).Berfungsi untuk mensosialisasikan burung dengan dunia manusia dan untuk membuat burung tetap dalam keadaan tenang.Hood digunakan dari awal latihan sampai akhir karir falconry burung tersebut.Sangatlah penting untuk membuat hood yang ukurannya pas dengan ukuran kepala partner.Jika ukuran tidak cocok,partner akan memberontak saat di pasang hood dan akan mempersulit proses pelatihan.                                     
           2.Bell
                                                                                                                                                        
Bell attached to anklets
Falconry bell
Dapat menggunakan 1 atau sepasang bell.Fungsi bell adalah melacak keberadaan raptor dari kejauhan yang tersembunyi di balik dahan pohon atau semak belukar.
         3.Anklets
leather anklets
anklets


 Berbahan dasar kulit.Digunakan di kedua kaki sebagai pangkal dari Jesses
           4.Jesses


Tali garis lurus yang terhubung langsung dengan Anklets.Jesses berfungsi sebagai tali untuk mengaitkan swivel untuk raptor.
          5.Swivel
swivel
variasi ukuran swivel


Untuk mencegah jesses terbelit dan tersangkut saat burung sedang aktif dan tidak sedang berburu.
          6.Weighing scale
Digital weighing scale

weighing scale

Digunakan untuk menimbang berat burung dan pakannya.Timbangan haruslah yang tepat dan presisi.Hal ini penting tertama untuk raptor kecil.Perbedaan berat sedikit saja dari berat normal untuk terbang dapat berakibat fatal.Terlalu ringan,raptor menjadi lemah,tidak bertenaga untuk terbang,bahkan mudah terserang penyakit.Terlalu berat,raptor menjadi malas untuk berburu dan mengalami penurunan respon terhadap falconernya.Pengukuran berat badan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam falconry.Tanpa weight management,seorang falconer tidak akan mengalami kemajuan proses pelatihannya.
          7.Glove
Glove
Glove untuk partner falcon










Sarung tangan yang berbahan dasar kulit.Glove berfungsi untuk merubah tangan falconer menjadi tempat yang nyaman untuk partnernya bertengger.Untuk raptor jenis kecil,biasanya glove hanya menutupi tangan sampai pergelangan tangan.Untuk handle jenis elang yang lebih besar,Gauntlets digunakan.Gauntlets menutupi sampai siku falconer dan kadang seluruh tangan dan bagian perlindungan di dada falconer.Sebaiknya sesuaikan ukuran glove dengan tubuh partner.
          8.Creance
creance
variasi ukuran creance










Tali yang panjang,tipis,dan kuat.Disambungkan dari swivel / jesses ke pearch.Digunakan dalam sesi latihan FTTF (fly to the fist).Creance digunakan sebagai tambahan pengamanan agar burung tidak terbang dan hilang dalam awal – awal proses pelatihan.
          9.Perch
Bow perch
Block perch untuk falcon



Tempat partner bertengger saat istirahat atau weathering ( menjemur ).Untuk eagle dan hawk class,bentuk perch yang lazim digunakan adalah meng perch dan bow perch.Untuk falcon adalah block perch.
         10.Whistle
variasi whistle
custom whistle

Peluit yang berfungsi untuk memanggil partner anda.Agar peluit dapat berfungsi sebagai alat panggil,biasakan untuk meniup peluit saat partner makan dan menelan.Hal ini dilakukan agar partner mengingat suara peluit anda sebagai panggilan makan.
          11.Squirt bottle
Squirt bottle
Spray bottle

Alat yang digunakan untuk memberi minuman dan memandikan partner anda.Bath pan ( wadah mandi dan minum ) biasanya digunakan jika partner ditempatkan di mews.
2.Pakan
Ada beberapa variasi teori yang digunakan dalam pemberian pakan partner falconry.Di Eropa,pemberian pakan daging didasarkan pada jumlah nutrisi yang terkandung dalam daging untuk mengendalikan rasa lapar burung.Mereka juga menambahkan material kasar lain seperti bulu dan kerikil halus agar sistem pencernaan mereka bekerja dengan baik.Raptor membutuhkan bulu mangsanya untuk membersihkan tembolok.Sebagian besar bulu tersebut tidak dicerna,setelah membersihkan tembolok dengan bulu,raptor memuntahkan bulu tersebut yang disebut Casting.Di Amerika,falconer memberikan pakan utuh kepada partner mereka seperti tikus,tupai,atau burung kecil.Pemberian pakan secara utuh dapat membantu falconer untuk pemberian nutrisi pada burung dan juga falconer tidak perlu menambahkan material kasar untuk pencernaannya.Semua raptor hanya sedikit mengkonsumsi pakan yang bersifat karnivora.
  
3.Hubungan antara falconer dengan partner
Dalam seni falconry,burung muda yang sudah tumbuh sepenuhnya dilatih melalui Operant conditioning.Menggunakan makanan untuk hadiah sebagai positive reinforcement.Tidak seperti kebanyakan hewan peliharaan lain,raptor adalah hewan yang tidak membutuhkan hubungan kasih sayang dengan falconer.Raptor tidak mencintai falconer mereka,raptor tidak memiliki tujuan untuk menyenangkan falconer mereka,raptor hanyalah oportunis yang melihat falconer mereka sebagai sumber makanan dan perlindungan yang terbaik.Bagaimanapun juga,tetap ada ikatan antara falconer dengan raptor mereka,Ikatan kepercayaan satu sama lain.Raptor percaya falconer tidak akan mengambil jatah makannya,falconer juga percaya raptor akan terbang dan kembali.
4.Wild Caught ( Tangkapan liar )
Seekor burung yang ditangkap dalam umur juvenille (remaja) disebut passager.Jika ditangkap dan tidak diperlakukan secara baik dan benar,persentase kemungkinan  passager mati antara 30% – 70%.Hal ini dikarenakan rentannya cara penganan terhadap juvenille raptor.Jika salah handle,besar kemungkinan raptor tersebut kehilangan insting berburunya (imprint) dan mati di alam liar.
Dan burung yang ditangkap dalam keadaan dewasa (mature) disebut Haggard.Raptor dalam kondisi Haggard umumnya tidak dapat digunakan untuk falconry.Karena mereka tumbuh dan besar di alam bebas,walaupun falconer telah melewati tahap manning,besar kemungkinan haggard ketika diterbangkan untuk berburu lebih memilih untuk berburu sendiri dan resiko kehilangan sangat besar.
5.Imprinted Vs Non-Imprinted Captive breed birds
Partner untuk falconry yang ditangkap di sarang dalam keadaan belum dapat terbang dan masih banyak bulu disebut eyass.Dalam kondisi yang sama,seekor raptor yang di ambil dari penangkaran disebut captive breed eyass.Seekor eyass dapat menjadi yang terburuk maupun yang terbaik dari seekor partner falconry.Mereka tidak pernah mempelajari dan merasakan bagaimana rasa takut terhadap manusia.Sehingga raptor seperti ini memiliki resiko kehilangan yang sangat kecil.Tidak seperti passager atau haggard yang memiliki insting tinggi terhadap keberadaan manusia.Tetapi,dengan terbiasanya seekor raptor yang di ambil dari eyass terhadap keberadaan manusia,mereka tidak memiliki rasa “takut” untuk dapat menghormati falconer.Hasil dari pengambilan eyass seperti ini biasanya burung tersebut menjadi “food-aggresive” dan juga footy / sticky (mencengkeram sangat keras di tangan falconer).Dibutuhkan pelatihan yang khusus untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini.
Falconer - falconer yang berpengalaman telah menemukan metode untuk mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dari imprint tersebut.Tetapi metode ini benar – benar memakan waktu dan dedikasi yang tinggi selama kurang lebih 3 bulan.Selama 3 bulan,jangan biarkan eyass merasa benar2 lapar.Jaga terus asupan pakannya secara berkala.Eyass juga harus diletakan di daerah yang dekat dengan manusia secara penglihatan dan pendengaran.Hal ini untuk memberikan pemahaman kepada eyass bahwa kedatangan manusia bukan berarti kedatangan makanan.Burung seperti ini masih sangat imprinted terhadap manusia,tapi bukan food-imprinted.Jadi burung tersebut tidak akan menyerang atau berteriak kepada falconer untuk mendapatkan makanan.Untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi,biasanya eyass dimasukan ke mews / kandang yang besar dan letakkan makanan di dalam kandang tersebut.Biarkan ia mencari sendiri dan jangan menyodorkan makanan secara langsung seperti yang dilakukan induk mereka di alam bebas.Dengan mencari makan sendiri,eyass tersebut tetap terjaga insting untuk berburunya dan memahami anatomi tubuh dan fungsinya serta belajar untuk menggunakan sayapnya.
         
            Melatih BOP (Birds of prey)
Berikut ini adalah langkah – langkah detail dalam melatih raptor yang harus diikuti oleh falconer pemula yang sudah memiliki partner hawk/falcon/eagle.Dimohon untuk mengikuti langkah – langkah pelatihan secara baik dan benar demi partner anda.Meskipun langkah – langkah pelatihan ini di buat agar falconer pemula dapat melatih partner mereka hingga free fly,tetap disarankan untuk berkonsultasi dan minta bimbingan kepada falconer yang berpengalaman dalam hal menentukan partner karena tiap species memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing.
Metode pelatihan untuk passager dan haggard adalah sama.Eyass memerlukan penanganan yang berbeda.Secaraumum,metode pelatihan untuk eyass adalah menjauhkan gambaran bahwa sumber makanan bukan berasal dari falconer,tetapi umpan hidup.Pelatihan untuk falcon juga berbeda di tahap creance dari eagle atau hawk.Hal ini karena dalam pelatihan falcon,lure(umpan)sangat berperan penting.
Melatih raptor harus didasarkan pada ikatan saling menghormati,rangsangan terhadap makanan,kesabaran dan kepercayaan.Jangan pernah sekalipun bertindak kasar terhadap partner anda.Kasar terhadap fisik sangat dilarang.Dan jangan pernah sekalipun membuat partner anda kelaparan untuk mencapai proses pelatihan yang diinginkan.Hawk dan falcon sangat tidak bisa menjalin hubungan karena rasa lapar.Rasa percaya raptor timbul karena perlakuan falconer terhadap raptor.Rutinitas memberi pakan berkualitas,mencukupi segala kebutuhannya,memberi rasa bersih,aman dan tenang,adalah hal dasar untuk menumbuhkan kepercayaan partner.
Passager dan haggard akan terlihat takut saat didekati manusia.Rasa takut ini harus diatasi untuk mendapatkan kepercayaan.Saat partner baru sudah dipasang aylmeri set ( anklets dan jesses ) naikkan ke atas glove dan berikan tidbit ( potongan kecil daging sapi ).Kebanyakan raptor,rasa laparnya tidak dapat mengalahkan rasa takutnya untuk mengambil tidbit tersebut pada pertama kali.Yang harus dilakukan adalah pasangkan hood pada partner atau masukan partner ke tempat yang gelap di atas pearch.Berikan minum dengan cara menyemprot secara halus ke arah paruhnya.Air yang berkumpul di paruh akan diminum oleh partner.
Ulangi lagi proses di atas pada hari ke 2.Jika partner masih belum mau makan,jangan takut.1 – 3 hari partner anda dapat bertahan tanpa makanan ( partner besar yang berbobot lebih dari 700 g ).Sementara falcon dan raptor yang lebih kecil ( dibawah 700 g ),memiliki daya tahan 1 – 2 hari dapat bertahan tanpa makanan.
Tips untuk partner yang masih tidak mau makan adalah ketika gape ( paruhnya terbuka sedikit ) masukan tidbit,dan dorong dengan jari secara perlahan,lalu berikan air minum dengan cara disemprot secara halus.Rasa dari daging tersebut akan memicu nafsu makan partner.Setelah partner menelan suapan daging pertama,berikan lagi tidbit dalam potongan kecil.Perhatikan mata partner,dia akan memfokuskan pandangan dari wajah falconer ke tidbit yang ditawarkan.Pada masa ini,rasa laparnya mulai mengalahkan rasa takutnya terhadap manusia.Jika tembolok partner sudah penuh atau dia menolak makan,kembalikan ke pearch dan ulangi lagi nanti.Jika dia masih terlihat lapar dan merespon tidbit yang diberikan,mulai turunkan tangan anda yang ada tidbit dari dada ke bawah secara bertahap,sampai partner berani mengambil tidbit di tangan falconer yang sejajar dengan kakinya.
Sekarang partner sudah mulai berani mengambil makan sendiri dari glove.Berikan jarak antara partner,glove,dan tidbit yang falconer pegang.Biasanya,partner akan berposisi aneh untuk berusaha mengambil tidbit tanpa meloncat dan terbang.Insting laparnya akan mendorong partner untuk berusaha mendapatkan makanan tersebut.partner akan melangkah ke atas glove falconer dan memakan tidbit yang diberikan.Ulangi langkah tersebut dengan jarak yang semakin jauh antara partner dan glove.
Pada tingkat ini,ada 2 hal yang seharusnya partner sudah dapatkan;pertama,partner mulai terbiasa dengan dunia manusia dan seluruh hal asing di dalamnya,suara mobil,gonggongan anjing,dan suara – suara lain yang belum pernah dia dengar sebelumnya dan bawa dia ke outdoor.Jangan bawa ke luar dulu sebelum partner FTTF.Falconer harus yakin kalau partnernya sudah menerima dan paham bagaimana kehidupan sebagai partner falconry.
Sekarang saatnya menggunakan creance.Tali yang panjang,tipis,ringan,dan kuat untuk masuk ke tahap pelatihan selanjutnya.Tahap pertama,gunakan creance dengan panjang 10 m.Pastikan tempat latihan berbentuk halaman yang cukup lapang dan luas untuk terbang partner.Berikan tidbit di atas glove dan partner seharusnya melompat ke tangan falconer untuk mendapatkan tidbit seperti pada awal tahap pelatihan.Perjauh jaraknya tiap partner melompat untuk mendapatkan tidbit.Mundur jauh sampai jaraknya memaksa partner anda untuk terbang mengambil tidbit.Jika partner terbang kembali ke perch dan menaikkan satu kaki,maka dia sudah cukup kenyang atau dia blm manning dengan baik untuk tahap pelatihan ini.Lakukan tahap manning dan ulangi lagi cara ini keesokan harinya.
Jika partner sudah cukup cepat merespon glove falconer,latihlah partner anda sepanjang creance yang ada.setelah 10 m partner merespon glove dengan baik,tambah  panjang creance menjadi 20 m.Ulangi lagi proses pelatihan FTTF.Dalam tahap kedua,partner seharusnya sudah mengerti bahwa tiap dia bertengger di glove falconer,dia akan mendapatkan makanan.Pada tahap ini juga,partner akan merespon glove falconer dan terbang cepat tanpa keraguan.Jika falconer menunggu lebih dari 1 menit dan masih harus memanggil,membunyikan peluit,dan mengerakan tangan untuk membuat partner FTTF,maka partner belum siap untuk tahap selanjutnya,Free Flight.Ulangi terus tahap FTTF sampai falconer yakin partner telah merespon glove dan suara pluit dengan baik.Lakukan WM (Weight Management ) tiap hari sebelum dan sesudah partner berlatih.Catat dan awasi terus perkembangan partner berdasarkan pada WM.Pada berat berapa partner memiliki respon yang tinggi,dan pertahankan berat partner di kisaran berat tersebut.WM sangatlah penting untuk menjaga dan memfokuskan partner terhadap falconer.
Dalam pelatihan free flight,falconer wajib menyiapkan lure ( umpan ) sebagai pengaman tambahan jika partner terbang tidak ke tangan falconer.Biasakan dan latih partner dengan lure.Isi lure dengan daging porsi penuh,dan sesekali dalam proses pelatihan gunakan lure.Selingan latihan lure untuk membuat partner memahami kalau lure sama dengan perut yang kenyang.Saat partner menangkap lure,tutupi lure dari penglihatan parnter dengan glove.Jepit tidbit dengan keras agar tidak tertarik dan memaksa partner untuk menggunakan cakarnya.Saat partner menggunakan cakar,angkat dia ke glove dan sembunyikan lure dari penglihatan partner.
Jika partner seekor falcon,pada tahap ini lure memegang peranan yang sangat penting.Falconer memutar lure untuk memancing partner menerkam,saat lure hampir diterkam,falconer mengubah arah lure sehingga partner merasa tertantang untuk mendapatkan lure tersebut.Metode pelatihan untuk falcon ini disebut keep away game,sebuah permainan yang mengasah kemampuan dan ketepatan.Dalam permainan ini,tugas falconer adalah memutar lure dan menarik lure saat partner hampir mencengkeramnya.Partner akan tertantang untuk terbang lebih cepat,menukik lebih tajam,bahkan membaca gerakan tangan falconer.Sisipkan tidbit pada lure,lakukan terus permainan ini hingga porsi makan partner terpenuhi.
Untuk eagle dan hawk,mereka memiliki kebiasaan menjadi “buta” terhadap falconer jika berada di tempat tinggi.Ini bisa terjadi karena partner terlalu gemuk,belum termanning dengan baik,atau partner merasa di tempat tinggi lebih nyaman daripada dekat dengan daratan.Cara yang harus dilakukan oleh falconer adalah meletakan partner di posisi yang lebih tinggi dari falconer,kurang lebih 2 m – 3 m.Metode ini melatih partner untuk terfokus pada falconer dari tempat yang tinggi.Jangan memilih pohon untuk metode latihan ini.Karena pohon rentan membelit creance yang membuat partner akan tergantung dan merupakan bentuk penghinaan bagi partner.Hal ini sama sekali tidak boleh terjadi dan apabila terjadi,falconer akan mengalami kesulitan untuk latihan dari tempat tinggi lagi.Karena raptor yang terbelit tersebut merasa trauma terhadap posisi yang lebih tinggi daripada falconer.
Setelah terlatih terhadap lure,partner mulai masuk tahap free flight.Berdasarkan falconer yang berpengalaman,ada beberapa kriteria untuk meyakinkan falconer pemula bahwa partnernya siap untuk free flight;respon apabila falconer mengangkat glove,respon terhadap suara peluit,dan respon partner melihat falconer mengambil tidbit di tas.Dalam tahap ini,lepas creance partner,cast off ( gerakan mendorong tangan untuk menerbangkan partner dari glove ) partner,dan panggil kembali.Jika partner hinggap di pohon,gunakan peluit.Jika peluit kurang merespon,gunakan lure yang sudah diselipkan daging.Partner akan terbang ke glove atau mengejar lure.
Dari tahap manning sampai free flight,selalu WM partner untuk menjaga berat badan untuk respon yang cepat.Saat free flight,kondisi berat badan wajib dalam keadaan optimal ( respon tercepat ).Lakukan pemanasan untuk free flight sebelum partner masuk hunt spot.
          Setelah hubungan kepercayaan telah terjalin dan mengandalkan satu sama lain,falconer dan partner masuk hunt spot.Kondisi partner tidak menggunakan hood,dan khusus untuk falcon,segera cast off.untuk jenis hawk,teknik berburu mereka biasanya berburu di udara,soaring ( terbang memutar mengintai mangsa ),dari perch,atau langsung dari glove falconer.Saat partner lepas dari tangan,falconer yang menjadi pelayan partner.Tugas falconer adalah mencari mangsa untuk diburu oleh partner.Kemudian partner akan mengejar mangsa,menampilkan aksi manuver udara yang menakjubkan.Untuk eagle dan hawk,mereka dapat mengandalkan fisik untuk berburu mangsanya,sedangkan falcon dapat stoop ( menukik ) hingga kecepatan 240 mil / jam.Bagi falconer,pertunjukan manuver – manuver dari partner merupakan hadiah dan penghargaan tertinggi atas hasil latihan yang panjang.Falconer menjadi penonton terdepan dalam menyaksikan aksi manuver terindah di dunia.
            Hawk dan eagle class tidak dilatih menggunakan lure.Mereka terbang dari satu pohon ke pohon lain dan falconer mencari buruan mereka.Falconer untuk eagle dan hawk menggunakan tidbit pada glove untuk memindahkan partner dari pohon ke pohon.Saat menemukan mangsa,falconer akan memanggil partner dan cast off untuk memburu mangsa.Falconer untuk eagle dan hawk class sering menggunakan metode jump training ( latihan melompat )dari ketinggian 1 m – 2 m.Raptor dikondisikian untuk loncat tinggi menuju glove yang berada di satu garis vertikal dengan partner.Partner dilatih untuk menjejak kaki sekuat tenaga dan melatih otot sayap karena untuk jump up,partner harus mengepakan sayap secara kuat dan cepat.Jump training sangat efektif untuk meningkatkan kekuatan dan stamina partner.
 
v                                                       Berkutchi art of Falconry
Berkutchi with his partner
Berkutchi
Golden Eagle (Aquila Chrysaetos)
Golden Eagle berburu rubah
  
Golden Eagle adalah burung pemangsa yang besar,energetic,dan lincah di udara,memiliki tinggi 85 – 90 cm dan berbobot 3 – 6,5 Kg.Dengan nama asli dari Turki,yang lazim digunakan di ukraina sampai sekarang adalah Berkut,dikenal juga di daerah asia dengan sebutan Khalzan.Republik Ceko dan Slovakia menyebutnya Orel Skalni,di Polandia dikenal dengan nama Orel Przedni dan di Hungaria,Szirtisas.Di German disebut Steinadler dan di Finlandia,Kotka.
Dalam klasifikasi taksonomi,Golden eagle tergabung dalam kelas elang.Mempunyai sayap yang panjang,lebar,dengan cakar yang kuat,dan paruh yang tajam.Betina berukuran lebih besar dari jantan,tetapi memiliki warna bulu coklat gelap yang sama.Pada bagian belakang kepala dan leher,berwarna kemerah-merahan.Burung muda memiliki warna buntut yang lebih terang dengan garis hitam tebal.Karakter morphologhy Golden eagle dapat berbeda-beda tergantung pada daerah asal.
Berkutchi adalah falconer yang berburu dengan Golden Eagle.Berkutchi dihormati sebagai orang yang mampu dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghandle dan melatih Golden eagle.Dalam kehidupan orang mongolia,teknik untuk melatih BOP dimulai sejak kecil.Burung yang biasa digunakan pada tahap awal latihan adalah Sparrow hawk atau Hobby.Setelah melewati tahap awal,para pemburu muda mencoba kemampuan mereka dengan melatih Gyrfalcon,Saker,Peregrine,dan Goshawk.Setelah kemampuan mereka dinilai cukup,mulailah pelatihan partner yang paling berbahaya,Golden eagle.Melatih Golden eagle merupakan sesuatu yang sulit,bahkan oleh berkutchi yang berpengalaman.
 Pemburu muda yang akan memulai melatih Golden eagle,diawasi dan dibimbing secara ketat oleh yang lebih tua yang memilki kemampuan dan pengetahuan yang cukup.Proses pelatihan merupakan sesuatu yang rumit dan panjang.Dibutuhkan dedikasi yang tinggi untuk melatih Golden eagle yang masih muda.Berkutchi falconer,yang kebanyakan adalah orang yang sudah berumur,sangat detail dan teliti dalam menilai seekor burung sebagai pemburu yang baik.Rahasia menjinakan Golden eagle diturunkan secara turun – temurun dari ayah ke anak,bahkan ke cucu mereka tentang karakteristik Golden eagle yang baik untuk berburu.Hal ini sangat krusial,karena master dan partner akan menjalin hubungan persahabatan selama30 tahun lebih.
Dalam metode asia,ada 2 cara untuk mendapatkan golden eagle,mencari sarang dan menangkap yang masih bayi.Cara dan waktu yang tepat untuk mendapatkan bayi dirahasiakan secara turun temurun.Bayi Golden Eagle yang di dapat kemudian dilatih teknik berburu.
Cara lain adalah menangkap elang yang sudah dewasa,yang sudah memiliki kemampuan untuk berburu sendiri.Memilih elang yang kuat dan lincah juga penting dalam cara ini.Berkutchi muda mengamati elang ini dalam waktu yang panjang.Menilai apakah elang muda tersebut akan menjadi pemburu yang hebat dan juga mengamati pola elang  tersebut.Setelah menentukan elang yang akan di tangkap, jaring,perangkap,dan umpan disiapkan.Setelah elang yang akan di tangkap memakan mangsa,para pemburu segera mengejar elang tersebut.Dengan daging yang penuh pada tembolok,seekor golden eagle dapat terbang setinggi 100m sejauh 4 – 5km dengan memanfaatkan angin.Setelah 4 – 5km,elang tersebut harus mencari tempat untuk beristirahat.Setelah para pemburu mendekat,elang tersebut dipaksa untuk terbang lagi,kali ini hanya dengan ketinggian 50m dan jarak sejauh 1 km.Dengan kondisi kelelahan dan dikejar para pemburu,elang tersebut akan terbang lagi tetapi hanya mampu setinggi 20m.Saat elang membutuhkan istirahat lagi,saat itulah para pemburu mendekatinya,dan langsung menutupnya dengan kain goni yang hangat untuk mencegah trauma.
Setelah ini,tembolok elang di bersihkan menggunakan campuran teh atau air gula agar proses pelatihan dapat dimulai segera.Pelatihan pertama adalah agar elang tidak menyerang pemiliknya.Selama beberapa hari,elang tidak diberikan makan dan tidak dibiarkan tidur.Master elang tersebut juga tidak tidur selama beberapa hari.Masternya duduk dekat elang,menyanyi,dan memainkan alat musik.Setelah beberapa hari tidak makan dan tidur,elang kelelahan menjadi terbiasa terhadap lingkungan manusia dan mengambil makan dari tangan masternya.Ini merupakan tanda bahwa elang menerima persahabatan manusia tetapi tidak pernah merasa dikalahkan.Sejak saat itu dan kedepannya,elang bukan menjadi budak berkutchi tetapi partner dalam berburu.Dimulailah latihan panjang dimana elang akan dilatih untuk mempelajari dan menguasai teknik – teknik berburu.

sejarah perkembangan falconry

Sejarah Perkembangan Ilmu Falconry


Elang Hitam
Falconry di Indonesia ini merupakan salah satu olahraga yang tergolong unik karena menggunakan hewan sebagai sarana. Namun sedikit sekali peminat olahraga falconry di Indonesia karena pengaruh globalisasi dan seiring perkembangan zaman orang-orang mulai cenderung memilih hobi-hobi yang berhubungan dengan teknologi. Selain itu lahan yang dibutuhkan olahraga ini juga cukup luas dan susahnya merawat burung-burung yang akan kita jadikan partner merupakan suatu kendala untuk kebanyakan orang yang sibuk dan menganggap olahraga ini sebagai hobi yang kuno dan merepotkan. Falconry atau hawking (dari Bahasa Inggris, artinya "perburuan dengan memakai elang") adalah jenis olahraga yang memanfaatkan falcon (jenis elang atau alap-alap) atau hawk (rajawali) dalam suatu aktivitas berburu. Orang yang memptaktikkan falconry dinamakan falconer , biasanya menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, menunggang kuda atau unta baik sendirian maupun rombongan, dengan membawa burung elang yang bertengger di lengan mereka. Olahraga ini menuntut kesabaran dan ketekunan dalam melatih burung. Burung harus dapat dijinakkan atau "dimanusiakan" dan diajari untuk melakukan berbagai macam hal seperti terbang kembali ke tangan sang majikan atau berburu di ladang perburuan. Dalam merawat mereka juga harus dibedakan dengan hewan-hewan lain, karena mereka merupakan makhluk yang berbasis binatang liar yang juga harus menggunakan standar binatang liar yang berarti mereka harus dilatih sebagaimana mereka diperlakukan di alam.  Pada tahun 2010, salah satu olahraga tertua di dunia ini didaftarkan ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia UNESCO oleh banyak negara, antara lain Republik Korea, Uni Emirat Arab, Belgia, Republik Ceko, Perancis,Mongolia, Maroko, Qatar, Arab Saudi, Spanyol dan Suriah. Di Arab, olahraga elang ini telah menjadi identitas nasional bangsa,  bahkan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi mengeluarkan paspor khusus bagi pegiat falconry.
Burung elang adalah salah satu predator terbaik yang mampu menangkap mangsanya dengan cara eksotis, terbang melayang lalu tiba-tiba menukik dengan kecepatan tinggi, menyambar secepat kilat hewan malang di atas tanah maupun di permukaan air. Kemampuan inilah yang kemudian dieskploitasi manusia untuk mengembangkan seni berburu unik. Yordania, Pakistan, Rusia, dan Turkmenistan adalah tempat favorit para falconer. Mereka berburu burung gagak, kelinci, rubah, serigala, burung kuau, atau burung houbara (sejenis burung besar yang tidak dapat terbang). Ketika melihat hewan buruan, burung pemangsa para falconer akan terbang menuju hewan buruan, menukik, dan mencengkeram hewan buruan dengan cakarnya dan membawanya pada falconer.
Sejarah Falconry di Dunia
Peregrine Falcon, elang paling populer
sekaligus binatang tercepat di dunia
Falconry adalah salah satu olahraga tertua di dunia yang telah dipraktikkan pertama kali di Timur Tengah sejak abad ke-8 SM. Selanjutnya, tradisi ini berkembang di Eropa khususnya dalam kelompok bangsawan di abad pertengahan. Pada saat itu, setiap kelas sosial diberikan jenis burung pemangsa tertentu guna dilepaskan sebagai simbol kedudukan. Raja menerbangkan gyrfalcon dan budak menerbangkan goshawk.Di Asia, falconry berkembang di Timur Tengah, Asia Tengah, Mongolia, Korea, Cina danJepang. Falconry di Korea dimulai sejak zaman Tiga Kerajaan (57 SM-668) dan selanjutnya diperkenalkan ke Cina dan Jepang. Di Jepang, aktivitas ini dinamakanTakagari. Mulai abad ke-17 olahraga falconry menurun kepopulerannya setelah senapan ditemukan dan lahan-lahan banyak dibuka untuk kegiatan pertanian. Pada saat ini, kegiatan falconry hanya sedikit dipraktikkan manusia, terbatas pada kelompok-kelompok dan asosiasi hawking saja. Di Korea Selatan, bahkan hanya dua orang ahli falconry tradisional (maesanyang) saja yang tersisa. Sejumlah catatan kuat menuliskan bahwa falconry sudah dikenal sejak 4.000 tahun lalu di Asia Tengah dan Persia dan oleh orang-orang Arab, setidaknya sejak 18 abad silam. Orang-orang yang melatih elang untuk raja, para falconers, sangat dihormati. Mereka memegang hak istimewa tertentu, dan manfaat yang sangat baik jika, ketika berburu, bangau, sejenis burung atau crane tertangkap. Burung-burung ini dianggap yang terbaik membunuh.

Gyrfalcon, elang para raja
Kaisar Romawi Suci Frederick II dari Hohenstaufen pernah menulis sebuah buku tentang falconry yang berjudul Ars Venandi cum Avibus (Seni Berburu dengan Burung) pada 1241. Frederick tampaknya menulis buku tersebut setelah membaca risalah falconry yang lebih dulu muncul dari dunia Arab, yaitu Kitab Dawari al-Tayr (Buku Tentang Burung Pemangsa) yang ditulis oleh al-Ghitrif bin Qudamah al-Ghassani, pemburu ahli pada zaman Dinasti Umayyah pada 780 Masehi.
Sejarah Falconry di Indonesia
Elang, seperti banyak spesies burung lainnya, melewati Jazirah Arab saat melakukan migrasi tahunan dari Afrika menuju Asia. Dahulu kala, suku Badui mengambil keuntungan dari keadaan itu dengan memanfaatkan elang sebagai alat berburu untuk menyediakan daging bagi keluarga mereka selama musim dingin. Mereka menjebak sejumlah elang muda dengan menggunakan perangkap pada saat burung-burung tersebut bermigrasi, untuk kemudian dilatih menjadi pemburu andal. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, ekspedisi berburu menggunakan elang digunakan para pemimpin suku untuk bisa memantau situasi terbaru di wilayah mereka.
Falconry di Indonesia(sekarang)
burung hantu juga bisa dimasukan dalama kategori falconry
Di indonesia ada beberapa kelompok-kelompok yang berminat dalam olahraga falconry ini, mereka tidak hanya berburu dengan partner mereka juga melakukan program-program yang ditujukan untuk melestarikan spesies-spesies burung predator di indonesia ini. Seperti membuat tempat penangkaran, maupun merawat burung tersebut secara perorangan dan kemudian dilepaskan ke alam bebas. Salah satu kelompok yang terkenal dalam bidang falconry adalah Raptor Club Indonesia (RCI) yang didirikan oleh Lim Wen Sin dan dua rekannya, Josafat Agung Sulistyo (Jose), bendahara dan Trainner RCI, serta Ignasius Kendal. Raptor Club Indonesia (RCI) merupakan organisasi beranggotakan para penggemar burung pemangsa yang ikut prihatin pada nasib burung pemangsa di tanah air. Adapun sekretariat RCI, di Jalan Kaliurang km 5, Gg.Pangkur no 2 Jogjakarta. Organisasi ini dibentuk dikarenakan jumlah burung predator di Indonesia yang semakin hari semakin berkurang karena keteledoran manusia dalam menjaga kelestarian alam. Mereka beranggapan bahwa semua burung pemangsa di Indonesia ini dilindungi. Karena status burung pemangsa ini milik negara. apabila ada seratus orang yang melakukan pemeliharaan burung pemangsa, maka lama-kelamaan raptor di Indonesia ini akan punah.
Pemanfaatan Falconry di Indonesia
Di Indonesia, terutama fungsi falconry sebagai metode penangkaran burung  pemangsa. Hal ini mengingat banyaknya spesies burung pemangsa di Indonesia yang sangat terancam punah. Semoga dengan adanya penghargaan yang lebih terhadap burung pemangsa, mereka tidak akan cepat punah karena faktor perburuan liar dan perusakan habitat. Yang perlu ditegaskan di sini bukan hanya karena mereka sangat penting untuk falconry, tetapi lebih mengacu pada fakta bahwa mereka adalah kunci keseimbangan suatu ekosistem, sebagai peringkat satu di dalam suatu rantai makanan.
Penggunaan falconry pada zaman sekarang (secara lebih detail):

1. Hunting/ pure falconry (Murni untuk berburu)
Kegiatan ini merupakan inti dari falconry dan bisa dikatakan sebagai tujuan paling utama dari setiap falconer. Dengan menjadikan burung pemangsa sebagai partner berburu, maka pemilihan burung pun tidak bisa dilakukan dengan serta merta dan harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain, tipe lingkungan berburu, mangsa apa yang tersedia, dan lain-lain. Setiap spesies burung pemangsa memiliki tipikal habitat dan cara berburu yang berbeda, maka pilihan harus tepat dan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan di atas.

2. ex-situ Breeding (pengembangbiakan secara buatan)
Breeding atau pengembangbiakkan secara buatan ini bertujuan untuk meregenerasi burung pemangsa dan tidak ada batasan spesies burung yang akan dikembangbiakkan. Tetapi program ini lebih dikhususkan untuk spesies burung pemangsa yang populasinya sangat terancam punah, dalam hal ini salah satunya adalah Nisaetus bartelsi atau Javan Hawk Eagle/ Elang Jawa. Di dalam program breeding ini, burung pemangsa yang telah terlatih merupakan modal utama sebagai calon indukan. Dengan pelatihan yang telah diberikan, burung-burung tersebut tidak lagi seliar sebelumnya sehingga bisa dikembangbiakkan secara buatan. Target ke depannya, kegiatan falconry hanya akan menggunakan burung pemangsa hasil dari breeding, bukan dari tangkapan dari alam. Selain itu, akan dilakukan pelepasanliaran hasil breeding ke alam untuk mendukung jumlah populasi mereka di alam, di samping adanya usaha untuk menjaga habitat mereka supaya tetap kondusif untuk mereka berkembangbiak.

3. Rehab and Release Program (program rehabilitasi dan pelepasliaran)
salah satu program release yang diadakan Raptor Club Indonesia
Di dalam kegiatan ini, fungsi falconry adalah sebagai metode yang dipergunakan untuk melakukan proses rehabilitasi burung pemangsa liar yang kategorinya dapat dilepasliarkan kembali. Sehingga ketika waktunya tiba, burung pemangsa tersebut dapat kembali hidup dan berkembang-biak di alam.

4. Education (Edukasi)
Merupakan kegiatan yang melengkapi falconry, di mana kegiatan edukasi terdiri dari pengenalan burung pemangsa kepada masyarakat, demo terbang, dll. Dalam melakukan kegiatan ini sangat dibutuhkan burung yang terlatih dan memiliki karakter yang baik sehingga masyarakat dapat melakukan pengamatan secara lebih dekat. Mereka dapat mengenal burung pemangsa secara lebih detail sehingga mereka lebih mengerti peran mereka di alam.

5. Pest control (Penggunaan falconry untuk pemberantasan hama)
Kegiatan falconry dapat juga digunakan untuk melakukan pemberantasan hama karena falconry menggunakan asas alamiah. Sebagai contohnya, kita bisa melakukan ‘airport patrol’ atau patroli bandara, di mana di luar negri cara ini telah terbukti sangat efektif di dalam mengusir burung-burung liar di sekitar landasan pacu pesawat. Burung-burung liar tersebut sangatlah berbahaya jikalau terhisap masuk ke dalam mesin jet pesawat karena dapat menyebabkan kecelakaan.
Konflik
Namun, dalam perkembangannya falconry mendapatkan tekanan dan kecaman dari dari para aktivis perlindungan hewan internasional. Selain itu, terdapat kontroversi apakah falconry merupakan olahraga atau seni.  “Jika Anda menyebut falconry sebagai seni, silakan atau sebagai olahraga, silakan. Tapi falconry lebih dari sekadar itu,“ ujar Larry Dickerson, presiden Asosiasi Falconer Amerika Utara. Menurutnya, jumlah falconer saat ini 65 ribu, terbesar ada di Timur Tengah Tengah, Cina, dan Pakistan.
Olahraga falconry memang tak sepopuler dahulu sebagai cara berburu. 
Berburu dengan elang mulai ditinggalkan sejak ditemukannya senapan. 
Padahal, ribuan tahun lalu elang menjadi favorit. Pada abad 14, Sultan Ottoman Bayazid menangkap putra Philip Bold, adipati Burgundy. Bayazid menolak 200 ribu dukat emas yang ditawarkan sebagai tebusan. Bayazid justru menginginkan tebusan yang lebih berharga, yaitu 12 elang gyr putih yang ditawarkan Carl VI dari Prancis. Saat ini, harga seekor elang gyr mencapai 10 ribu poundsterling atau Rp 140 juta.
Falconry Sekarang
Elang Brontok
Awalnya aktivitas ini dilakukan untuk mencari makanan, namun saat ini telah banyak dilakukan sebagai ajang persahabatan dan kebersamaan. Falconry umumnya dipraktikkan di jalur terbang migrasi burung (flyway) atau pada sebuah lapangan oleh orang dari segala umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Tradisi ini mengembangkan hubungan yang kuat dan jalinan spiritual antara falconer dengan burung mereka yang mana membutuhkan komitmen kuat untuk mengembangbiakkan, melatih, memegang, dan menerbangkannya.Di banyak negara, falconry diwariskan dari generasi ke generasi sebagai tradisi budaya, yang memberikan latihan atau ajaran di dalam keluarga atau sebuah kelompok. Di Mongolia, Maroko, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab contohnya, para falconer mengajak anak-anak mereka ke padang pasir dan mengajarkan mereka menangani burung dan membangun hubungan kepercayaan dengannya.Para pemilik burung berasal dari latar belakang yang berbeda namun menjalin nilai-nilai kebersamaan, tradisi dan praktik yang sama dalam metode melatih dan merawat burung, menggunakan peralatan yang dibutuhkan, hal ini cukup sama di seluruh dunia. Tradisi ini membentuk dasar dari warisan kebudayaan dunia yang lebih luas, termasuk juga atribut-atribut budaya seperti pakaian tradisional, makanan, musik, lagu, puisi dan tarian yang didukung oleh komunitas dan kelompok yang mempraktikkannya
Pada 2010, falconry didaftarkan dalam Warisan Budaya Manusia Tak Benda UNESCO oleh banyak negara seperti Uni Emirat Arab, Maroko, Qatar, Arab Saudi, Suriah, Belgia, Republik Ceska, Peancis, Mongolia, Spanyol, dan Korea Selatan. Akhirnya, pada November 2010, falconry pun menjadi salah satu warisan budaya tak benda yang diakui dunia.  “Falconry memenuhi tiga persyaratan sebagai warisan budaya tak benda,“ kata Katalin Bogyay, perwakilan dari Konferensi Umum UNESCO.
Sementara itu, Terry Large, anggota Britain's Hawk Board, mengatakan, pengakuan dari UNESCO tersebut membuat falconry menjadi dikenal oleh publik. “Namun, di negara-negara Eropa, ada pembatasan apa yang harus berburu oleh para falconer,“ ujarnya.
Saat ini, falconry mulai murni dipraktikkan sebagai olahraga. Di UEA, burung elang dan houbara merupakan hasil penangkaran yang dilepas ke alam liar setelah dilengkapi dengan sistem pelacak satelit untuk memantau dan mempelajari pola migrasi serta perkembangbiakan mereka secara alami. Selain terdapat banyak fasilitas penangkaran burung elang, UEA juga merintis pendirian sejumlah rumah sakit spesialis burung elang yang dilengkapi dengan teknologi modern terbaru yang memungkinkan melakukan prosedur pengobatan rumit terhadap elang seperti anestesi penuh dan endoskopi untuk pembedahan. Di berbagai negara sekarang ini falconry hanya dijadikan sebagai hobi oleh beberapa orang yang menyukainya. Meskipun begitu beberapa suku-suku di pedalaman di dunia masih menggunakan metode falconry sebagai sarana berburu dan bertahan hidup mencari makanan.
Sumber: